Smartphone yang semakin canggih
melahirkan gejala adiktif.
Banyak orang tak
bisa lepas menatap layarnya,
bahkan hingga
menjelang tidur.
Hati-hati,
menggunakan smartphon
sebelum tidur bisa
berdampak buruk bagi kesehatan.
Kecanduan smartphone kerap kita lihat
terjadi kepada orang-orang di sekitar kita, atau bahkan diri kita sendiri.
Sebuah penelitian di inggris mengungkapkan 90% pengguna smartphone yang berusia
18-29 tahun mengaku sering tidur dengan ponsel di sisi mereka. Dan 1 dari 4
orang tidak mematikan dering ponsel saat hendak tidur, sehingga sering
terbangun saat ponselnya berbunyi. Bahkan 1 dari 2 orang pengguna ponsel
mengaku, kalo mereka tiba-tiba terbangun di tengah malam, yang pertama kali
mereka lakukan adalah mengecek ponsel.
Kedengarannya tak asing, kan?
Jangan-jangan anda juga demikian. Nah, mulai sekarang sebaiknya kita lebih
bijak menggunakan ponsel. Sebab, perilaku candu menggunakan ponsel hingga
menjelang tidur ternyata bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk
juga memicu stres.
Ponsel dan gangguan tidur
Menurut dr Danardi, SpKJ secara fisika
dan mental, semua orang memerlukan waktu “pause” atau berhenti sejenak dari
kegiatan utamanya. Untuk tidur, setidaknya kita butuh 6 jam per hari. Namun, para
pengguna smartphone cenderung mengabaikan hal ini.
Pertama, mereka sulit relaks menjelang tidur karena
terus-menerus menggunakan ponsel. Paparan sinar monitor selama 2 jam saja cukup
untuk menekan produksi hormon melatonin sebanyak 22%. Hormon melatonin adalah
hormon yang di produksi secara alami oleh tubuh, berfungsi merangsang rasa
kantuk dan penting dalam menjaga siklus tidur kita.
“selama mata masih terpapar cahaya
ponsel, selama itu ia menginformasikan otak agar tetap terjaga. Artinya,
terlalu banyak menatap layar monitorpun bisa membuat kita sulit mengantuk,
“kata dokter di RS Mitra Keluarga Kepala Gading ini.
Kedua, smartphone yang terkoneksi dengan internet
membuat akun e-mail, chatting, maupun media sosial kita tetap aktif sepanjang
waktu, dan bunyi notifikasinya bisa menggangu tidur kita di tengah malam. Dalam
sebuah jurnal, Michael Gradisar, peneliti asal flinders university mengatakan
bahwa penggunaan perangkat elektronik yang aktif, seperti ponsel dan video
game, lebih meningkatkan kewaspadaan dan mengganggu proses tidur dibandingkan
perangkat elektronik yang pasif ( televisi dan radio ).
Hal ini di benarkan dr Danardi.
Menurutnya, para pengguna smartphone biasanya lebih sensitif mendengar bunyi
ponsel, sehingga mereka mudah terbangun dan mengecek ponselnya di tengah malam.
Kalau sudah begitu, kualitas tidur tentu akan menurun dan bisa berdampak buruk
pada kesehatan.
“tidur yang dianggap terbaik adalah yang
sesuai dengan irama sirkadian bumi, yaitu sebelum pukul 24,00 dan bangun
sebelum matahari terbit. Seandainya terjadi defisit tidur berkepanjangan, maka
yang terjadi adalah penurunan daya tahan dan rentan mengalami berbagai
penyakit,” jelas dr Danardi.
Kurang tidur kerap dianggap sepele. Namun
bagi remaja yang masih dalam masa pertumbuhan, kurang tidur bisa berdampak pada
kesehatan fisik dan perkembangan kognitif-nya. Sebuah peneletian juga
menyebutkan bahwa seseorang yang waktu tidurnya kurang dari 6 jam per hari
berisiko dua kali lebih tinggi terkena serangan jantung.
Apalagi kalau kita sering menggunakan
ponsel setelah lampu kamar tidur kita matikan. Dengan kata lain, saat itu kita
memaksa otot mata kita bekerja lebih keras untuk menatap layar ponsel dalam
ruangan gelap dengan posisi berbaring. Akibatnya buka hanya memicu kerusakan
pada mata, tetapi juga bisa menyebabkan kerutan halus di sekitar mata.
Tidur yang berkualitas
sangat penting bagi
kesehatan,
apalagi bagi kita yang memiliki
jadwal padat setiap hari.
Karena saat kita
terlelap,
sel-sel tubuh
melakukan perbaikan dan peremajaan.