Just another free Blogger theme - NewBloggerThemes.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 18 Maret 2015



وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkanku. (QS. Asy-Syu’ara {26} : 80)
Islam merupakan agama yang syumul (mencakup berbagi hal) : duniawi dan ukhrawi. Ia memberi solusi dalam segala hal, termasuk dalam pengobatan. Namun sayang, ilmu yang dulu lahir dari islam ini, kini di adopsi oleh barat. Sampai akhirnya kita lengah dan tidak waspada dalam hal yang sangat urgen ini. Mereka mendompleng dan memasukan racikan yang Allah haramkan. Sehingga sampai sekarang, 85% bisnis obat-obatan di kuasai oleh mereka (yahudi dan nasrani). Padahal, rasulullah SAW telah mengingatkan : “Sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang diharamkan atasmu”. [HR. Al-Bukhari]
Memang di negri kita ini hak-hak konsumsi ini belum semuanya berlaku. Kita tidak pernah bertanya kepada dokter yang memberikan resep apakah obatnya dijamin halalan thoyyiban? Karena ternyata disinyalir ada beberapa obat kapsul yang pembungkusnya di campur dengan glatin minyak babi. Oleh sebab itu, pantas saja jika imam as-Suyuthiy dalam kitabnya ath-thibb an-Nabawiy (pengobatan cara nabi) menukil pendapat imam Ahmad yang melarang seorang muslim menerima racikan obat yang di berikan oelh kafir dzimmi, karena khawatir ada satu ramuan yang diharamkan Allah SWT.
Banyak sekali kiblat pengobatan pada zaman sekarang ini, namun setidaknya ada lima kiblat pengobatan yang dikenal luas oleh umat manusia, yaitu :
1.     Alopati
Harus diakui bahwa pengobatan konvensional yang berasal dari barat ini memiliki banyak kelebihan seperti penggunaan teknologi modern untuk mendeteksi penyakit (clinical diagnosis ), melakukan operasi (pembedahan), membuat obat-obatan (farmakologi), penanganan mata (optalmologi)) dan penghilang rasa atau bius (anestisologi). Selain itu, pengobatan konvensional juga telah dilengkapi dengan berbagai penemuan mutakhir dalam kasus-kasus tertentu, seperti penanganan kecelakaan, cedera, pemindahan organ tubuh, cangkok, dan sebagai nya.
Akan tetapi pengobatan ini pun memiliki kelemahan yang tidak sedikit, bahkan sangat membahayakan kehidupan manusia. Seperti yang didsinyalir oelh Dr. Paapo Airola, seorang dokter kebangsaan Amerika, yang mengatakan bhwa semua obat “dadah” (obat kimia yang digunakan dalam pengobatan konvensional) menyebabkan efek samping yang berbahaya. Hal ini senada denga pernyataan Dr. Ivan Ilich dalam bukunya “Limits to Medicine” (1926), bahwa setelah satu abad mengejar sebuah impian tentang pengobatan, kini ditemukan hikma bahwa dunia pengobatan tidak banyak membuat perubahan yang berarti beberapa waktu yang lalu. Jadi secara sederhana obat-obatan kimia sintetis bisa menyembuhkan satu penyakit dan menimbulkan penyakit lain yang lebih parah di esok hari. Daj inilah side effect ; efek samping dari pengobatan konvensional.
Selain itu juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sifat obat-obatan kimia ini :
Pertama, bersifat sementara. Kalau kita cermati iklan obat-obatan, sebagian besarnya memakai istilah “meredakan” bukan “menyembuhkan”, karena memang demikian halnya. Ketika seorang pasien sakit, lalu memakai obat-obatan kimia, maka gejala sakitnya menjadi hilang karena sifat dari pengobatan konvensional ini bersifat symptomatic treatment, menghilangkan gejala sakit saja. Sederhanya dengan cara seperti ini, urat syaraf yang menuju tempat sakit ditekan agar tidak sakit (analgetik), sebagai penahan rasa sakit saja. Kelebihannya, pasien lebih cepat sembuhnya. Tapi kelemahannya, tidak meyembuhkan, bahkan dalam kasus yang lain, menjadi kecanduan obat. Karena apabila tidak memakan oabt itu, rasa sakit datang kembali. Bahkan dosis dan ketergantungan obatnya semakin bertambah.
Kedua, bersifat menipu. Ada beberapa obat yang fungsinya mengalihkan perhatia otak. Dalam artian, otak dirangsang untuk tidak terfous pada rasa sakit, melainkan dialaihkan pada hal-hal lainnya. Sampai pemaparan kedua sifat ini, terlihat bahwa meredaka dan mengalihkan bukanlah menyembuhkan. Semakin kita banyak mengkonsumsi obat berarti semakin banyak pula kita menimbun racun dalam usus kita. Hal ini akan mengkom-binasikan sakit yang tidak terobati dengan menimbun racun yang terus menerus. Sehingga menimbulkan efek komplikasi pada diri kita, yaitu tidak berfungsinya organ-organ tubuh kita secara sempurna, seperti jantung, lever, ginjal, dll.
Ketiga, bersifat keras. Kita tentu mengenal antibiotic, karena hampir setiap kali kita berobat, kita diberi antibiotic. Secara harfiah antibiotic bermakna, anti=tidak/melawan, dan biotic=hidup. Jadi antibiotic ini adalah obat yang melawan kehidupan. Maksudnya, dalam tubuh kita ada dua bakteri ; bakteri menguntungkan dan bakteri merugikan. Ketika kita sakit berarti bakteri merugikan lebih mendominasi di banding bakteri menguntungkan. Dengan pemberian antibiotic, bakteri merugikn ini dibunuh supaya populasinya berkurang. Tapi efek sampingnya bakteri menguntungkan pun ikut terbunuh. Maka wajar jika kita sembuh dari satu penyakit, tapi ketika bertemu dengan penyakit lain, kita gampang sekali terserang. Pasalnya imuniti tubuh kita menjadi lemah. Dan dalam kasus yang lain ada jantung berdebar ataupun lemas dibagian kaki, terutama lutut, setelah mengkonsumsi antibiotic ini.

Dalam Conventional of Medical Heretic, Robert S. Mendelsohn berkata, hampir 100% antibiotic yang diberikan tidak perlu. Menurutnya, antibiotic hanya diperlukan 3-4 dalam hidup. Sebuah buku baru, bad treatment bad doctor yang ditulis oleh radiologis univesity keio jepang, menjelaskan bahwa ada kecenderungan penggunaan antibiotic untuk demam selesma biasa scecara berlebihan akan mengakibatkan tubuh menjadi lemah, tetapi virus dan bakterinya semakin kuat.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar